Berkenalan dengan Sapi Laut

Fathiya dan Fatima sedang mebuka-buka buku di meja belajar. Fathiya membuka buku kesukaannya tentang laut. Fatima membuka buku gambar dan mulai menggambar sebisanya. Suasana cukup hening sampai Fathiya memanggil Bunda.



"Bunda, sini deh", ucap Fathiya setengah teriak.

"Ada apa, Nak. Bunda sedang mencuci piring", jawab Bunda sembari berjalan ke kamar.

Setelah tiba di kamar, Fathiya meminta Bunda melihat gambar dalam bukunya.

"Ini gambar apa, Bund?" tanyanya penasaran melihat binatang tak berkaki berukuran sangat besar.

"Hmm, coba bunda lihat, apa ya? Ooo, sapi laut, Nak", kata Bunda setelah membaca penjelasan di gambar.


"Sapi laut?" tanya Kak Fathiya heran.

"Iya sapi laut. Mirip ya sama singa dan anjing laut, cuma ukurannya lebih besar", terang Bunda sambil menunjuk gambar singa dan anjing laut. "Mirip-mirip ya. Tau ga kenapa disebut sapi laut?"

Fathiya dan Fatima hanya menggeleng tak tahu.

"Karena dia suka makan ganggang laut, seperti sapi yang memakan rumput darat. Tapi, sapi laut sekarang sudah punah...", jawab bunda yang sengaja menggunakan bahasa baru yang belum diketahui Fathiya dan Fatima.

"Apa Bun? Punah?" tanya Fathiya masih kesusahan mengucapkan "punah".

"Iya Nak, punah. Kakak tau apa itu punah?" tanya Bunda yang dijawab dengan gelengan kepala Fathiya dan Fatima. "Punah itu habis semua, tida ada sisanya."

"O, kayak Kakak kalau makan donat ya Bun, habis tak bersisa?" jawab Fathiya.

"Iya, bisa juga seperti itu, tapi kalau donat bisa dibikin lagi bareng Bunda. Kalau punah yang ini setelah habis tidak akan ada lagi karena tidak bisa dibikin. Sapi laut ini ciptaan siapa?", tanya bunda yang kompak dijawab bersama, "Ciptaan Allah", 

"Yah, kami nanti tidak bisa lagi ketemu sapi laut dong. Kenapa bisa punah Bund?", tanya Fathiya dengan muka sedih.

Bunda kemudian mengajak anak-anak untuk membaca buku. Dalam buku disebutkan bahwa sapi laut hidup 300 tahun yang lalu. Hanya berselang 30 tahun sejak ditemukan, sapi laut dinyatakan punah.

"Sapi laut punah karena diburu oleh orang-orang, yang juga menangkap anjing laut dan ikan di laut Bering, untuk diambil bulunya", tutup pemaparan dalam buku tersebut.

"Wah, kasian ya Bun sapi lautnya diburu, seperti gajah Abrahah yang diburu manusia", paparnya mengingat kisah gajah yang ditangkap pasukan Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah.

"Iya sayang, tapi gajah yang itu diburu untuk ditangkap dan dilatih, sedangkan sapi laut diambilin bulunya dan dimakan", jelas Bunda lebih jauh.

"Jadi mati ya Bun...", ucap Fathita dengan sedihnya.

"Iya, sapi laut mati satu per satu lalu punah karena habis diburu. Jadi, kita harus baik ke hewan. Iya, kan?", tanya Bunda menegaskan kalau anak-anak harus baik ke hewan.

"Iya. Nanti baik sama kucing, ayam, guk-guk dan monyet ya Bun. Dikasih makan biar nggak punah", kata Fathiya yang kemudian melanjutkan kembali membuka-buka halaman buku sambil bertanya ini itu. 

Fathiya (dan juga Fatima tentunya), hari ini belajar bahwa mereka harus menyayangi hewan. "(Bersikap) baik ke hewan dan memberi makan akan menjaga hewan dari kepunahan", celoteh Fathiya kepada Fatima mengulangi penjelasan dari Bunda.



Sumber gambar: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sapi_laut_steller#/media/Berkas%3AHydrodamalis_gigas_skeleton_-_Finnish_Museum_of_Natural_History_-_DSC04529.JPG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memanfaatkan Pangan sebagai Obat

Kue Obi Isi Coklat

Capek