Mengenal Attention Defect Hyperactivity Disorder pada Anak

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah sebuah kelainan psikis yang paling banyak terjadi pada anak-anak. Gejalanya meliputi tidak mampu memperhatikan (atau tidak bisa tetap fokus pada suatu hal), hiperaktivitas (reaksi berlebihan yang kurang pas dengan aksi yang diberikan) dan impulsifitas (bertingkah spontan tanpa sempat berpikir). Kelainan ini menjangkiti 5% anak dan 2,5% remaja di seluruh dunia dengan risiko anak laki-laki menderita ADHD lebih besar daripada wanita.

Penyebab ADHD sangatlah kompleks dan dipengaruhi banyak faktor. Stres pada ibu hamil diketahui menimbulkan dampak negatif pada janin seperti keguguran spontan, malformasi organ dan kelahiran prematur, dan juga mempengaruhi kemampuan intelegensia umum dan bahasa dari anak yang dilahirkan. Stres pada ibu hamil memicu Hypothalamic-Pituitary Adrenal (HPA) melepaskan kortisol. Dalam keadaan stres berat, jumlah kortisol semakin banyak dan mampu menembus plasenta bayi. Kortisol kemudian menganggu perkembangan otak bayi dan/atau memprogram HPA bayi. Selain itu, stres selama kehamilan mampu menyebabkan kontraksi arteri uterus sehingga suplai darah ke bayi menurun.

Penelitian Grizenko dkk tahun 2012 mempertegas bahwa ada kaitan antara stres pada ibu hamil dengan timbulnya ADHD setelah melakukan kontrol ketat pada faktor lingkungan lain yang mungkin mempengaruhi seperti kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Penelitian yang sama juga menunjukkan adanya pengaruh genotip pengulangan 7 alel DRD4 (DRD4 7/7) yang memperburuk patofisilogi ADHD. Terlebih ketika faktor stres ibu hamil bertemu dengan gentotip DRD4 7/7, maka gejala ADHD semakin parah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memanfaatkan Pangan sebagai Obat

Kue Obi Isi Coklat

Capek