Tiap Anak Memiliki Kodrat Mandiri

Saya sedang membaca sebuah buku pendidikan anak yang cukup pas dengan game level 2 kuliah Bunda Sayang IIP ini. Buku berjudul 'Anak Bukan Kertas Kosong' karya Bukik Setiawan memuat prolog tentang ajaran ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia. Dalam prolognya, Bukik memaparkan 3 pilar pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara yaitu:

1. Anak mempunyai kodratnya sendiri yang tidak bisa diubah oleh pendidik. Pendidik hanya bisa mengarahkan tumbuh kembangnya kodrat tersebut.
2. Belajar bukan menambahkan pengetahuan, tetapi menumbuhkan potensi anak.
3. Keluarga adalah pusat pendidikan. Orang tua mungkin bisa mendelegasikan pengajaran anak kepada kaum ahli, tetapi pendidikan anak tetaplah tanggung jawab orang tua dan peran orang tua tidak bisa digantikan oleh siapapun maupun lembaga manapun.

"pokoknya pendidikan harus terletak di dalam pangkuan ibu bapak, karena hanya dua orang inilah yang dapat berhamba pada sang anak dengan semurni-murninya dan seikhlas-ikhlasnya, sebab cinta kasihnya kepada anak-anaknya boleh dibilang cinta kasih tak terbatas." (Ki Hadjar Dewantara)

Poin ketiga ini cukup menampar saya. Saya merefleksikan pada diri sendiri, ketika memutuskan berhenti sejenak untuk membersamai tumbang anak, ternyata saya semakin ketagihan dan enggan untuk segera berperan di ranah publik. Meskipun kadang saya merasa frustasi akankah saya mampu mendidik dan mengasuh mereka dengan baik. Terlebih ketika saya tidak mampu membendung amarah karena sikap anak-anak yang tidak bisa diatur sesuai keiginan saya. Saat itu, saya merasa butuh bantuan orang lain untuk mendidik mereka. Saya pikirkan lagi dan lagi serta berkonsultasi dengan suami. Kami evaluasi dan menemukan bahwa ketika saya tidak memaksakan kehendak dan lebih membebaskan mereka (dengan risiko tidak rapi, lama, dll) justru saya merasa lebih tenang dan tidak capek, membersamai mereka menjadi lebih mudah.

Jadi, solusinya tentu bukan dengan mengalihkan tugas ke orang lain, namun menyelesaikan tantangan terbesar yaitu diri saya sendiri. Bagaimana saya mampu membiarkan keinginan anak berjalan sesuai kemauannya dan saya hanya berperan mendampinginya tanpa banyak mengintervensi. Dan memang, anak-anak itu pintar dan cerdas. Mereka belajar dari pengalaman sehari-hari yang mereka dengar dan lihat, serta mereka mempunyai willingness untuk mandiri.

Seperti pagi tadi ketika ayah bunda hendak menawarkan kakak mandi, Kakak dengan cerianya menyampaikan ke Ayah mau mandi sendiri. Langsung saja permintaannya kami iyakan. Saya memasak sembari melihat, sedang ayah mengawasi dan memberi instruksi ketika Kakak hanya asik main air dan tidak segera mandi. Seusai mandi kami kembali tawarkan untuk memakai baju sendiri. Ya, dia agak enggan sehingga butuh beberapa waktu sampai dia memakai bajunya sendiri (dengan sedikit bantuan karena Kakak masih belibet jika mengenakan kaos dalam).

Mandi sore ini pun tak kalah asik bagi bunda. Sembari memasak, bunda mengawasi Kakak yang mandi bersama adik. Kakak dan adik menyikat gigi mereka sendiri7, dan bunda membantu adik menggunakan sabun. Kakak menyabuni badannya sendiri. Setelahnya bunda lanjut memasak sembari menunggu anak-anak puas main air. Akhirnya mandi bersama Kakak Adek berakhir setelah Kakak membilas badannya sendiri dan membantu membilas badan Adek. Good job Kak Fa for today.

#harike02
#tantangan10hari
#level2
#melatihkemandiriananak
#kuliahbunsayiip

***Selain mandi sendiri, Kak Fa hari ini juga sedikit bisa makan sendiri, memakai baju sendiri, membantu bunda mengawasi adek (dengan menirukan kata-kata bunda ketika Adek melakukan sesuatu yang No bagi kami), serta Kak Fa juga belajar menyampaikan kemauannya dengan kata-kata (bukan tangis dan teriak). Evaluasi bunda, hari ini untuk tantangan mandi sendiri sudah minim intervensi fisik, tapi terlalu banyak perintah saat kakak mandi (tapi cukup memudahkan kakak meratakan sabun ke badannya). Bunda juga masih membatasi Kak Fa ketika sore tadi mau membantu menggoreng tahu, melarang kakak memasukkan tahu ke wajan karena takut dia melempar dan minyak muncrat kemana-mana (Kak Fa mencoba memasukkan 1 tahu dan ujung-ujungnya memang dilempar karena dia takut panas) dan melarang Kakak yang mengaduk-aduk tahu di wajan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memanfaatkan Pangan sebagai Obat

Kue Obi Isi Coklat

Capek