Melatih Kemandirian Anak

Setiap anak itu spesial dan memiliki kemampuan untuk belajar. Tugas kita sebagai orang tua untuk mendampingi anak supaya dia bisa berkembang sesuai fitrahnya. Meski sedari lahir anak memiliki bakat alamiah, akan tetapi anak tetap perlu belajar untuk bisa melakukan sesuatu. Misalnya ketika proses bayi tengkurap, merangkak, berjalan. Masing-masing menempuhnya dengan cara yang berbeda, sesuai kemampuan alami mereka. Saya melihat jelas perbedaan proses ini pada anak pertama dan kedua saya sendiri. Anak pertama saya melewati fase tengkurap dan merangkak dengan banyak belajar kuda-kuda (menggoyangkan tubuhnya yang ditopang kedua kaki dan tangan ke depan dan belakang), lantas maju melemparkan tubuhnya, sampai lama kelamaan dia bisa merangkak. Sedangkan anak kedua saya tidak melewati fase kuda-kuda, tetapi dia nglangsut sampai akhirnya baru bisa merangkak. 




Saya merasa, anak kedua ini cukup gigih ketika menginginkan sesuatu, karenanya alih-alih menunggu bisa merangkak, ketika dia bisa mendorong tubuhnya maju menuju mainan kesukaannya, dia melakukannya tanpa banyak berpikir dan melakukan kuda-kuda. Sedangkan anak pertama, dia lebih banyak mengobservasi dan lebih banyak melatih dirinya supaya dia bisa segera merangkak. Memang akhirnya, proses merangkak anak pertama lebih cepat dari anak kedua. Tapi, perkembangan anak kedua dari tengkurap-nglangsut-merangkak-rambatan sampai akhirnya berjalan cukup cepat. Stimulus yang kami berikan adalah membebaskan anak kedua merangkak dimanapun dia mau dan banyak mengajaknya jalan-jalan. Terlebih, anak kedua mempunyai role model, yaitu kakaknya, yang kemudian banyak mendorongnya meraih tonggak-tonggak sejarah tumbuh kembangnya.




Pun soal kemandirian. Stimulus demi stimulus mestilah diberikan kepada anak-anak. Saya sendiri menyadari kemudian, setelah saya megikuti kuliah bunda sayang IIP, saya masih belum bisa mendampingi anak untuk tumbuh mandiri. Saya merenung dan menemukan bahwa saya sering mematikan keinginan anak saya ketika dia ingin melakukan sesuatu sendiri karena tidak sabar dan enggan repot membereakan hasil kreasinya. Untuk itu, saya mencoba merubah sikap, dengan lebih bersabar untuk tidak mengintervensi setiap keinginannya untuk melakukan sesuatu.




Untuk tugas level 2 ini, saya mencoba belajar konsisten memandirikan anak untuk mandi sendiri. Untuk hari ini, hanya bisa dilaksanakan sore hari, karena pagi hari anak merengek untuk dimandikan ayahnya dan kami tergesa untuk berangkat pagi ke kantor ayah karena harus menyelesaikan beberapa urusan. Untuk mandi sore, dia mengambil inisiatif untuk mandi, mengikuti adeknya yang diajak mandi oleh bunda. Kakak kemudian saya minta menggosok giginya sendiri (dengan sikat dan pasta gigi sudah siap pakai) dan memakai sabun serta membilas badan sendiri. Kakak mau dan melakukannya dengan baik. Sebenarnya Kakak memang sudah beberapa kali mandi dengan menyikat giginya sendiri, memakai sabun serta membilas badan sendiri, tetapi bunda masih suka intervensi. Untuk kali ini, bunda belajar sabar membiarkan dia mengotori semua air yang ada dan bermain-main dengan sabun yang bolak balik mrucut dari genggaman tangan mungilnya. Ya, pasti ada yang dikorbankan ketika anak belajar, biarlah sabun dan air menjadi boros dan semoga setelah 10 hari, dia bisa mandi sendiri...



#Harike01
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memanfaatkan Pangan sebagai Obat

Kue Obi Isi Coklat

Capek