Maaf, Ya...

Duo kakak beradik Fa sangat suka menguji emosi bundanya. Kemarin seharian alhamdulillah mereka berdua akur dan anteng. Dari pagi kita asik masak-masak, dari nasi uduk karena bunda pengen, lanjut goreng-goreng dan ngulen donat. Anak berdua kompak senang kalau lihat bunda ngadon tepung, entah dibikin siomay atau donat. Mereka terlihat excited dan aktif colek-colek tepung dan comot-comot adonan. Karena kakak makan adonan mentah, adek ikut-ikutan. Apalagi pas mulai ngebentuk donatnya, Bunda tidak pernah diam ngingetin kakak adek biar tidak ngobrak-abrik donatnya.

Kelelahan sepanjang pagi dibalas sama kebaikan mereka berdua yang khusyuk nonton video kura-kura lalu tidur pulas meski sebentar. Ya, meski sebentar, itu anugerah buat bunda. Jadi, bunda bisa istirahat dan menuntaskan pekerjaan-pekerjaan yang tertunda.

Siangnya, kami main loncat-loncatan. Bergantian kakak-adek menjadikan bunda pijakan untuk naik turun sofa. Sampai adek akhirnya nendang bibir bunda yang belum sembuh setelah kejedot dahi kakak Fa sampai berdarah-darah. Sebelum bunda sempat marah, Kakak Fa tiba-tiba bilang, "maaf ya". Kakak Fa seolah sangat paham kalau bunda sudah mau naik pitam. Karena spontanitasnya memintakan maaf adek, Bunda tidak jadi marah, malah tersenyum...

Bunda: Iya Nak... ye, makasi ya Kak, kok pinter ya minta maaf
Kakak: (Senyam senyum) Iya...
Bunda: memberikan ciuman sebagai bentuk apresiasi sikap baiknya

Melatihnya bilang maaf itu butuh waktu lama. Kami sering sounding Kakak untuk minta "maaf" ketika berbuat salah, mengucapkan "tolong" ketika meminta bantuan dan berterima kasih. Akhirnya, secara spontanitas kata itu muncul meski bukan karena kesalahannya. Semoga sopan santun akan terus menjadi kebiasaan baik Kakak Fa. Aamiin...

#Tangangan10hari
#level1
#harike5
#kuliahBunsayIIP
#komunikasiProduktif

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memanfaatkan Pangan sebagai Obat

Kue Obi Isi Coklat

Capek